Gema Lantang dari kubur: Ketika sebuah Tinta Mendorong Pergerakan.
Gema Lantang dari kubur: Ketika sebuah Tinta Mendorong Pergerakan.
Jul 4, 2025
14 views

Hallow Hellow Mokleters, welcome back di berita pustel terkini yang bakalan bahas nih seputar sejarah yang terlupakan dan seseorang yang dikenal “Bapak Republik” atau “Bapa Rakyat Indonesia”, dan quote yang menggemparkan. Tentang sosok, yang di akui “Pahlawan” saat dirinya sudah sirna. (Waaah belakangan ini rame kayaknya~~ 🤔🤔)
Sejarah Sang Pengibar Awal Sang Bendera Pusaka
Yap, kita berbicara mengenai “Bapak Republik”, Tan Malaka atau Sutan Ibrahim gelar Datuk Sutan Malaka, lahir di Negeri Pandang Gadang Suliki, Sumatera Barat, pada tahun 1897. Sejak muda, beliau sudah menunjukkan kecerdasan luar biasa dengan menguasai Al-Qur’an dan menafsirkannya dengan umur yang masih dibawah 15 tahun. Pendidikan awal ia dapatkan di kampung halamannya, dan melanjutkan ke Kweekschool (Sekolah Calon Guru) di Bukittinggi hingga ia mendapatkan bantuan dari “G.H. Horensma”, guru belanda yang membantunya menempuh pendidikan sampai ke Negara Kincir Angin atau Belanda.
Pengalamannya di Eropa, terutama ketika melihat kondisi pekerja di sana, membuka mata Tan Malaka terhadap ketidakadilan dan penindasan. Pengalaman itu kemudian membentuk pemikiran beliau menjadi seorang tokoh revolusioner yang gigih memperjuangkan kemerdekaan dan keadilan sosial. Meskipun saat iklim ekstrim melanda, beliau tetap berusaha meskipun dadanya sesak dengan penyakit yang beliau derita, (Semoga beliau tenang di alam sana ya…🙏).
Naskah yang Jadi Peluru
Meskipun sering bergerak di bawah tanah dan berpindah-pindah tempat untuk menghindari kejaran penjajah (atau bahkan oknum bangsa sendiri😶🌫️), Tan Malaka aktif menuliskan gagasan-gagasannya. Karya-karya tulisnya ini punya dampak yang signifikan terhadap semangat kemerdekaan Indonesia lho. Salah satu di antaranya yang paling terkenal adalah:
"Madilog" (Materialisme, Dialektika, Logika) :
Karya filosofis orisinal Tan Malaka yang sangat mendalam. Meskipun terkesan berat, "Madilog" pada dasarnya hanya berisi pemikiran-pemikiran Tan Malaka tentang cara berpikir yang logis dan kritis untuk menganalisis masalah sosial dan politik. Dengan memahami "Madilog", para pejuang kemerdekaan pada masa itu diharapkan dapat memiliki landasan pemikiran yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan, (Bahkan dengan satu buku itu aja, mampu membuka cara berpikir orang-orang pada masanya, bahkan hingga saat ini, keren juga ya~ 😮).
Pesan tak Tertulis untuk Para Penerus
Melalui pena yang tercorak pada setiap kertas, Tan Malaka berhasil membakar semangat nasionalisme, memberikan kerangka pemikiran strategis, dan merumuskan visi tentang Indonesia merdeka yang berdaulat. Meskipun beliau tidak menyaksikan proklamasi kemerdekaan secara langsung, pemikiran-pemikirannya tetap relevan dan menjadi inspirasi bagi banyak tokoh pergerakan. (Bahkan saat ini, warisannya masih lantang dengan para remaja yang lapar akan sejarah, bener ngga nih~~🫢🫢).
Jadi, bisa kita simpulkan bahwa Tan Malaka adalah sosok intelektual revolusioner yang memberikan kontribusi besar bagi kemerdekaan Indonesia melalui pena dan pikirannya. Bahkan salah satu kalimat ikoniknya yang berbunyi :
Ingatlah, dari dalam kubur, suara saya akan lebih keras daripada dari atas bumi!!.
Dan yap, banyak yang bisa kita petik dari kisah beliau tetapi sekian untuk berita kali ini dan sampai berjumpa di berita berikutnya ✌️.
Berita Terkait
